Achmad Farhan (19), pemuda asal Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, berhasil lolos dari babak penyisihan dan melaju ke babak final Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional King Abdul Aziz ke-44 di Makkah, Arab Saudi. Prestasi gemilang ini membawa harum nama Indonesia di kancah internasional. MHQ King Abdul Aziz berlangsung dari tanggal 9 hingga 21 Agustus 2024.
Achmad Farhan bisa tampil terbaik dan menjadi juara 3 Hafalan 15 Juz dalam ajang MHQ Internasional King Abdul Aziz di Makkah ini. Sehingga mengaharumkan nama baik Jatim,” harapnya.
Perjalanan Farhan menuju panggung dunia bukanlah hal yang mudah. Sejak tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional, ia konsisten menunjukkan kemampuan menghafal Al-Quran yang luar biasa. Kemenangannya sebagai Juara 1 Cabang 20 Juz Putra pada STQHN Jambi tahun 2023 menjadi tiket emas bagi pemuda kelahiran Desember 2005 ini untuk terbang ke Tanah Suci.
Sebagai mahasiswa semester tiga di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuanyar, Farhan sadar bahwa amanah yang diembannya sangat berat. Tidak hanya membawa nama almamater, namun juga nama bangsa Indonesia. Namun, dengan latihan intensif sejak awal tahun, ia optimis dapat meraih prestasi terbaik.
"Menghafal Al-Quran bukan hanya soal lomba," tegas Farhan, juara 1 MHQ 20 juz tingkat nasional tahun 2023. "Ini adalah perjalanan spiritual untuk memperbaiki diri dan bekal di akhirat. Meskipun perjalanan ini penuh tantangan, saya selalu berusaha untuk tetap semangat."
Perjalanan Farhan dalam menghafal Al-Quran dimulai sejak duduk di bangku SMP. Meski belum mondok, ia telah menunjukkan minat yang besar terhadap Al-Quran. Keputusan untuk melanjutkan hafalan di Pesantren Banyuanyar membuahkan hasil yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua tahun, ia berhasil menghafal 30 juz Al-Quran.
"Alhamdulillah, tahun kedua mondok saya sudah hafal 30 juz," ujarnya. "Semoga dalam kompetisi di Arab Saudi, saya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," katanya.
Ach. Farhan adalah nama yang kini begitu dikenal di Pamekasan, bahkan di seluruh Jawa Timur. Farhan lahir pada 1 Desember 2005 dari keluarga yang sangat sederhana. Ibunya, Musayyadah, bekerja sebagai tukang jahit, dan ayahnya, Rifa’ie, adalah seorang kuli bangunan. Mungkin tidak memiliki kekayaan materi, tetapi mereka memiliki kekayaan iman dan dedikasi yang luar biasa dalam mendidik anak-anak mereka.
Sejak kecil, Farhan tumbuh di tengah keluarga yang sangat peduli dengan pendidikan agama. Orang tuanya, meskipun sibuk dengan pekerjaan mereka yang berat, selalu memastikan bahwa Farhan menerima pendidikan yang layak, terutama dalam hal agama. Mereka mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan keteladanan, serta menanamkan nilai-nilai keislaman yang kuat. Seiring waktu, Farhan mulai menunjukkan minat yang mendalam terhadap Al-Qur’an.
Perjalanan Farhan sebagai seorang hafiz dimulai ketika ia duduk di bangku Madrasah Nurul Ulum Sumur Anyar Palengaan Laok, Pamekasan. Di sinilah ia pertama kali terinspirasi oleh seorang guru yang cinta Al-Qur’an. Guru tersebut menjadi teladan bagi Farhan, yang kemudian mendorongnya untuk mulai menghafal Al-Qur’an. Selain itu, sang kiai di madrasah tersebut juga berperan besar dalam membentuk kecintaan Farhan terhadap Al-Qur’an, dengan menginisiasi program tahfiz di sekolahnya. Farhan memulai hafalan pertamanya saat kelas dua SMP, dan dalam waktu satu tahun, ia telah berhasil menghafal empat juz.
Keberhasilan ini tidak membuat Farhan berpuas diri. Ia melanjutkan perjuangannya dengan menambah hafalan menjadi sepuluh juz saat berada di kelas tiga. Meskipun sekolahnya bukanlah pesantren yang fokus pada tahfiz, Farhan tetap berusaha keras. Ia menyadari bahwa menghafal Al-Qur’an membutuhkan niat yang kuat, keseriusan, dan ketekunan. Untuk itu, ia selalu mencari waktu khusus agar bisa fokus menghafal dan menjaga hafalannya. Selama ini, dukungan penuh dari keluarga, terutama orang tua dan saudara-saudaranya, menjadi motivasi terbesar bagi Farhan.
Orang tua Farhan, meski sibuk dengan pekerjaan mereka, selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan menguji hafalannya. Di rumah, Farhan sering diuji hafalannya oleh ibunya, Musayyadah, dan ayahnya, Rifa’ie. Mereka selalu menasihatinya agar tidak lalai dan tetap tekun dalam menjaga hafalan Al-Qur’annya. Kebiasaan ini membuat Farhan semakin percaya diri dan terlatih dalam menjaga hafalannya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Nurul Ulum Sumur Anyar, Ach. Farhan memutuskan untuk melanjutkan perjuangan menghafal Al-Qur'an dengan pindah dan mondok di Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar. Di pondok ini, ia melanjutkan pendidikan formalnya dengan masuk ke SMA Tahfidz Darul Ulum Banyuanyar dan juga aktif di Markaz Dirosah Qur'aniyah (MDQ) Darul Ulum Banyuanyar. Di tempat inilah, kemampuan Farhan dalam menghafal Al-Qur'an terus diasah dan diperdalam hingga akhirnya ia berhasil menyempurnakan hafalannya menjadi 30 Juz. Perjuangan Farhan dalam mencapai kesempurnaan hafalan Al-Qur'an ini tidak hanya menunjukkan ketekunan dan dedikasinya, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa dengan usaha yang sungguh-sungguh, mimpi dan cita-cita dapat tercapai.
Prestasi Farhan mulai dikenal luas ketika ia berhasil meraih juara pertama dalam cabang Hifzh Al-Qur’an Golongan 20 Juz pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Provinsi Jawa Timur ke-29 di Pamekasan. Dengan nilai hampir sempurna, 97, ia berhasil mengalahkan peserta lain yang juga berbakat. Keberhasilan ini membuat nama Farhan semakin dikenal luas di kalangan masyarakat Pamekasan dan Jawa Timur.
Sejak kecil, ia memang sudah menunjukkan bakatnya dalam bidang keagamaan. Pada tahun 2016, ia berhasil meraih juara pertama dalam Qiroat Bittghanni pada MTQ Lintas Kabupaten di Sampang, dan menjadi perwakilan kabupaten ke tingkat provinsi. Ini menunjukkan bahwa sejak dini, Farhan telah memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga dan mengembangkan bakatnya dalam menghafal Al-Qur’an.
Kini, Ach. Farhan membawa nama Indonesia ke kancah internasional. Ia terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam MTQ Internasional King Abdul Aziz yang berlangsung di Arab Saudi pada 9-21 Agustus 2024. Keberangkatannya ke Arab Saudi menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga, guru-guru, dan masyarakat Pamekasan. Mereka melihat Farhan sebagai contoh nyata dari kesungguhan, kerja keras, dan ketekunan yang dapat membawa seseorang meraih prestasi luar biasa, meski berasal dari latar belakang yang sederhana.
Farhan adalah inspirasi bagi banyak orang tua di Pamekasan dan sekitarnya. Banyak orang tua yang kini bercita-cita agar anak-anak mereka bisa mengikuti jejak Farhan, menjadi hafiz Al-Qur’an yang berprestasi, dan membawa kebanggaan bagi keluarga serta bangsa.
Ach. Farhan adalah contoh nyata bahwa ketekunan, didikan yang baik, dan iman yang kuat dapat mengantarkan seseorang mencapai puncak prestasi, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional. Ia adalah bukti bahwa Al-Qur’an, sebagai pedoman hidup, mampu menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk meraih apa yang mungkin tampak mustahil bagi sebagian orang.
إرسال تعليق