Cerita Fatoni, Kafilah Tunanetra Peraih Juara 1 MTQ Nasional



Menjadi tunanetra sejak kecil tak menghalangi Muhammad Fatoni untuk terus mengukir prestasi gemilang. Pria kelahiran Lumajang 8 Maret 1986 ini kembali menorehkan prestasi dengan keberhasilannya meraih juara 1 Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional 2022 Cabang Tunanetra (Canet) di Banjarmasin Kalimantan Selatan.


Fatoni yang dianugerahi suara merdu sejak kecil memang menekuni seni tilawah atau qiro'ah Al-Qu'ran sejak kecil. Namun, dari berbagai event Musabaqah baik di tingkat provinsi atau nasional baru kali ini dirinya bisa merasakan juara 1 nasional.


"Alhamdulillah, tiga kali ini ikut MTQ Nasional, pertama saya dapat juara harapan 2, ikut yang kedua tidak juara, dan kali ini ikut yang ketiga juara 1 berkah doanya orang tua, keluarga, guru dan teman-teman," ungkapnya dengan nada tawadlu', dilansir NU Online Jatim.


Fatoni bercerita, berkaca dari pengalaman sebelumnya, ia tidak pernah memikirkan dan menargetkan juara saat ikut lomba. Ia mengaku hal itu membuatnya lebih lepas, tidak grogi dan tidak terbebani apapun. Dirinya lebih memfokuskan diri terhadap latihan dan mengikuti arahan pembina.


"Yang pasti saya terus berusaha dan berdoa, dan saya merasa penampilan saya masih banyak kekurangan. Baik saat seleksi, penyisihan dan final kemarin. Dan sejak awal saya sudah siap kalah dan tidak pernah berangan-angan juara," lanjut ayah satu anak ini.


Fatoni memuji pembinaan kafilah Jawa Timur. Baginya sudah baik. Menurutnya, selain intensitas latihan yang istiqomah dilakukan, pembinaan secara spiritual juga terus dikuatkan.


Sehingga secara mental dan spiritual para kafilah Jatim mendapat bekal yang sangat cukup. "Sampai 3 kali dalam sehari, dan pembinanya mendatangkan dari pusat. Peserta dan para pembina serta para official itu semuanya shalat jamaah dan shalat malam serta zikir bersama, istighosah dan sholawat nariyah dengan jumlah tertentu," imbuhnya.


Ia berpesan sekaligus berbagi pengalaman, pembinaan dan latihan merupakan kunci utama bagi para pegiat tilawah. Apalagi jika latihan tersebut dilakukan dari banyak guru, maka menurut Fatoni akan lebih banyak menambah perbendaharaan variasi lagu.


"Jadi, ketika lomba biasanya kita tidak bingung, tinggal ambil yang lebih pas dan mudah. Yang lebih penting kita ikhlas, niat baca Quran lillahi ta'ala dan berdoa kepada Allah serta pasrahkan semua kepadanya," pungkasnya. (*)

Post a Comment

أحدث أقدم