LPTQ Jawa Timur-Kalimat indah dari Surat Hud ayat 90, yang mengandung pesan doa dan pengampunan, terpancar dalam sebuah karya kaligrafi digital yang halus namun penuh makna di Auditorium Masjid Darussalam, Palangkaraya. Di sana, Nur Fadilah, S.Pd., seorang guru MTs Negeri Bangkalan asal Kafilah Jatim, menggugah perasaan penonton dengan keindahan karyanya yang berjudul Doa Ampunan di Mihrab Keheningan, yang dilombakan dalam cabang Kaligrafi Digital Klasik Putri pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) KORPRI Nasional VII tahun 2024, Rabu (6/11/2024).
Karya Nur Fadilah ini bukan sekadar goresan seni. Setiap huruf dan ornamen dalam kaligrafi digitalnya seakan berdoa, menyuarakan pesan Ilahi kepada mereka yang merenungi maknanya. Dalam karyanya, ia menggunakan warna hijau Turki, warna yang khas dan identik dengan nuansa Islami yang penuh ketenangan. Warna ini melambangkan kesejukan, kedamaian, dan keteduhan, sebagaimana yang tergambar dalam doa untuk pengampunan yang dikandung oleh Surat Hud ayat 90. Dengan latar mihrab yang mendalam, Fadilah menekankan tempat sebagai simbol dari keintiman ibadah dan permohonan ampunan, seolah mengajak setiap yang melihatnya untuk memasuki ruang rohani yang suci dan hening.
“Mihrab menjadi pengingat tempat kita bermunajat dan memohon ampun kepada Allah. Di tempat inilah manusia mengakui kelemahannya, mengucapkan permohonan, dan berharap pada rahmat-Nya,” ungkap Nur Fadilah. Baginya, mihrab bukan hanya ornamen tambahan, melainkan simbol dari jiwa yang mendekat kepada Sang Pencipta. Dengan menempatkan mihrab sebagai elemen sentral, ia ingin menyampaikan pesan kepada setiap yang memandang bahwa doa pengampunan tidak hanya lahir dari kata-kata, tetapi juga dari kerendahan hati dan ketulusan yang terdalam.
Nur Fadilah juga menambahkan, detail ornamen bernuansa Islami di sekitar ayat, yang menambah kesan elegan dan khusyuk. Ornamen-ornamen ini berfungsi sebagai bingkai bagi ayat yang diguratkan, seolah-olah doa tersebut dijaga dan dilindungi. Setiap detail ornamen dibuat dengan penuh ketelitian, mencerminkan kompleksitas kehidupan dan keindahan ajaran Islam yang komprehensif, di mana doa adalah elemen yang menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses kreatifnya, Nur Fadilah menggabungkan berbagai perangkat digital dengan kemampuan seni klasik. Dengan keterampilan digital yang cermat, ia menyeimbangkan antara teknik kaligrafi tradisional dan teknologi modern, menghadirkan hasil yang terasa anggun dan sakral. Setiap garis yang lembut namun tegas menggambarkan kedalaman makna doa ini, membuat siapa pun yang menyaksikannya merasa tersentuh. Ada kesan lembut namun dalam, sebuah perpaduan yang menyiratkan harapan dan keikhlasan dalam mengharapkan ampunan dari Allah SWT.
Karya Nur Fadilah juga berhasil menarik perhatian dewan juri dan para pengunjung. Karya Fadilah tidak hanya kaya secara teknis, tetapi juga berhasil menyampaikan esensi dari doa dan pengampunan. “Karya ini tidak hanya berbicara lewat visual, tetapi juga membawa penonton untuk merenungi makna dan nilai spiritual yang ada di balik goresan tersebut,” ungkap salah satu pengunjung dengan penuh apresiasi.
Sebagai wakil kafilah dari Jawa Timur, Nur Fadilah menunjukkan bahwa seni kaligrafi bisa menjadi media dakwah yang kuat. Melalui karya ini, ia membawa nama daerahnya sekaligus menunjukkan bahwa kaligrafi digital bisa menyampaikan pesan spiritual yang mendalam kepada berbagai kalangan. Setiap sentuhan warna dan bentuk pada karya ini adalah wujud dari cinta dan pengabdian yang ia dedikasikan pada agamanya, pada tugasnya sebagai guru, dan juga kepada para murid yang selalu ia inspirasi di MTs Negeri Bangkalan.
Para pengunjung yang menyaksikan karyanya tampak tersentuh, bahkan ada yang terdiam sejenak untuk merenungkan keindahan visual dan makna dalam kaligrafi tersebut. Beberapa di antara mereka berkomentar bahwa karya ini mengingatkan akan perlunya kesadaran diri dalam menjalani hidup, bahwa doa dan ampunan adalah bagian penting dari perjalanan hidup seorang hamba.
Dengan penuh kerendahan hati, Nur Fadilah juga berharap karyanya dapat menjadi pengingat bagi setiap orang bahwa kehidupan adalah perjalanan yang memerlukan banyak doa dan pengampunan. Melalui kaligrafi digital ini, ia ingin membangun koneksi spiritual bagi setiap yang memandang, mengajak untuk menyelami makna ayat tersebut secara mendalam dan melihat mihrab sebagai tempat utama untuk memohon ampunan.
Karya ini bukan sekadar hasil tangan, tetapi juga hasil dari hati yang terhubung dengan Ilahi. Dalam setiap lekukan kaligrafinya, Nur Fadilah menuangkan harapannya untuk bisa mendekatkan diri pada Sang Khalik dan mengajak sesamanya untuk merenungi betapa besar rahmat dan kasih sayang Allah. Ia berhasil menunjukkan bahwa, meski hidup di era digital, seni kaligrafi tetap memiliki tempat yang istimewa sebagai media dakwah dan penghubung jiwa manusia dengan Allah SWT.
Sebagaimana pesan yang terkandung dalam Surat Hud ayat 90, karya Nur Fadilah ini seolah menuntun kita semua untuk merendahkan hati, memohon ampunan, dan berbuat kebaikan. Dengan keindahan yang ia goreskan melalui kaligrafi digital, Nur Fadilah menyampaikan sebuah pesan abadi: bahwa setiap insan selalu membutuhkan mihrab, tempat untuk merendahkan diri dan mengakui bahwa tiada daya dan upaya selain dengan izin Allah.
Posting Komentar